Sabtu, 24 Desember 2011

Tujuan Penciptaan Manusia

Allah S.W.T. berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 
Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu“. (QS : Adz Dzariyat [51] :56). 

Apakah makna dari ibadah?

Al-’Imad Ibnu Katsir mengatakan, “Makna beribadah kepada-Nya yaitu menaati-Nya dengan cara melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Itulah hakikat ajaran agama Islam. Sebab makna Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah ta’ala yang mengandung puncak ketundukan, perendahan diri, dan kepatuhan.”

Beliau (Ibnu Katsir) juga memaparkan tatkala menafsirkan ayat ini (QS. Adz-Dzariyat : 56), “Makna ayat tersebut; sesungguhnya Allah ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya semata tanpa ada sekutu bagi-Nya. Barangsiapa yang taat kepada-Nya akan Allah balas dengan balasan yang sempurna. Sedangkan barangsiapa yang durhaka kepada-Nya niscaya Allah akan menyiksanya dengan siksaan yang sangat keras. Allah pun mengabarkan bahwa diri-Nya sama sekali tidak membutuhkan mereka. Bahkan mereka itulah yang senantiasa membutuhkan-Nya di setiap kondisi. Allah adalah pencipta dan pemberi rezeki bagi mereka.”

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu mengatakan mengenai ayat ini, “Maknanya adalah tujuan-Ku (menciptakan mereka) adalah agar mereka Ku-perintahkan beribadah kepada-Ku.”

Kita diperintahkan untuk bertauhid, yakni memurnikan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala semata, sedangkan larangan-Nya yang paling tercela adalah syirik (menyekutukan Allah). Syirik yaitu menyamakan Allah dengan selain-Nya dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, bertawakkal pada selain-Nya, menyembelih untuk selain-Nya, percaya pada ramalan dan perdukunan, berkeyakinan ada pencipta, pemberi rezeki, penentu hukum, yang memberikan manfaat dan mudharat, yang mengetahui perkara ghaib, selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Para Rasul selalu mengajarkan tauhid kepada kaumnya. sebagaimana firman Allah S.W.T :

 وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[1] “ [An Nahl : 36]

[1]Thaghut ialah setiap yang digunakan -selain Allah- dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi; baik yang digunakan itu berupa batu, manusia, ataupun setan. Menjauhi thaghut: mengingkarinya; membencinya; tidak mau menyembah dan memujanya baik dalam bentuk dan dengan cara apapun.

Pada ayat ini Allah ta’ala menjelaskan bahwa hujjah tauhid telah ditegakkan kepada seluruh umat manusia. Tidaklah satu kaum baik yang awal maupun yang akhir melainkan telah diutus ketengah-tengah mereka seorang Rasul. Seluruh Rasul yang diutus tersebut bersepakat untuk mendakwahkan satu seruan dan agama yang sama. yaitu agama tauhid, agama yang menyerukan peribadatan kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.

Tauhid terdiri dari 2 rukun. Yaitu An Nafyu (peniadaan) dan Al Isbat (penetapan). Meniadakan segala sesembahan selain Allah S.W.T dan Menetapkan bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah. Sebagaimana yang tercantum pada surat An Nahl:36, Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.

Para rasul tidak dapat memberi hidayah kepada orang lain. Yang mampu mereka lakukan adalah  semata-mata menyampaikan ilmu. Adapun jika seruan Para Rasul diterima, hal itu dikarenakan hidayah dari Allah.

Kebenaran mutlak milik Allah semata. Adapun kesalahan pada yang terdapat dalam tulisan berasal dari saya dan godaan syaithan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya dan kaum muslimin.